Pelayanan Konseling Kristen Profesional
Dari Sekolah Tinggi Teologi Reformed Indonesia
Reformed Broadcasting Ministry
Reformed Broadcasting Ministry
Konseling Online
Pelayanan konseling gratis online tersedia bagi Anda!
Buku Konseling Pastoral
Telah terbit buku Konseling Pastoral

Jumlah Pengunjung

3690311
Today
Yesterday
This Month
547
1111
24001


Apakah unsur yang diperlukan untuk mengkomunikasikan nilai-nilai kebenaran orangtua kepada anak-anak?

 

Jawaban:

Belasan tahun yang lalu, Francois Mauriac menyimpulkan secara tepat misteri dari pembentukan dan pertumbuhan jiwa manusia. la mengatakan, "We have all been shaped and re-shaped by those who have loved us." (kita semua telah dibentuk dan terus menerus dibentuk oleh mereka yang mengasihi kita).

Hubungan antara cinta kasih dan pembentukan jiwa/karakter manusia merupakan misteri yang tidak pernah berhenti dipikirkan orang. Siang malam, jutaan orang tua bergumul untuk menemukan cara dan metode agar dapat menyampaikan cinta kasih yang mempunyai dampak positif dalam jiwa anak-anak mereka. Tragisnya ... hampir semuanya merasakan gagal. Mengapa demikian? Pendidik-pendidik umumnya percaya bahwa di samping kelemahan pribadi orangtua, dan kurangnya pengeta-huan akan ilmu jiwa anak, banyak di antara mereka, yang meskipun mengerti, tetap tidak mampu memisahkan antara cognitive content (muatan akali) dan affective content (muatan afektif) dalam hubungan mereka dengan anak-anak mereka. Pendidikan yang bagaimanapun baik isi muatan akalinya tetap tidak mempunyai dampak yang positif jikalau mempunyai muatan afektif yang negatif di dalamnya.

Muatan afektif bersangkut paut dengan emosi dan perasaan. Apa yang ada dalam hati orangtua terhadap anak-anak mereka tidak selalu menghasilkan muatan afektif yang positif. Banyak orangtua yang begitu mengasihi anak-anaknya, tetapi seringkali gagal untuk mengkomunikasikan muatan afektif yang positif kepada mereka. Watak, kebiasaan, dan naik turunnya perasaan yang tidak mendukung sering kali meracuni "niat baik" yang ada dalam hati mereka. Begitu juga dengan sikap, kata-kata, dan tingkah laku si anak, yang sering kali menjadi rangsangan dan faktor pencetus muatan afektif "yang negatif" dari orangtua.

Inilah yang menyebabkan, niat yang baik, hati yang tulus, bahkan pengetahuan yang banyak tentang "hal-hal yang perlu diajarkan," tidak menjamin keberhasilan pendidikan dan pembentukan karakteristik yang baik. Sekali lagi, oleh karena muatan afektif adalah content (isi) dari pendidikan itu sendiri. Jadi muatan afektif jauh lebih penting dari cognitive. James Michael Lee, ahli pendidik Katholik yang sangat terkenal di Amerika, menegaskan hal ini. la mengatakan, "Cognitive content is never the same as the reality itself; it is only a mental abstraction of or intuition about this reality. Affective content, in contrast, is not a description of a reality, but rather a person's actual direct feeling-reaction to a reality which he encounters. Affective content is certain because it is its own reality." (Muatan akali tak pernah sama dengan realitas kebenaran itu sendiri. Muatan akali hanyalah kebenaran yang dibayangkan dan dipikirkan. Lain halnya dengan muatan afektif. Muatan afektif bukan suatu deskripsi atau keterangan tentang kebenaran yang akan diajarkan. Muatan afektif adalah kebenaran yang betul-betui dirasakan dan dialami. Jadi, muatan afektif adalah realitas kebenaran itu sendiri. Paling tidak dalam jiwa dan hati para orangtua terhadap anak-anak mereka) (Content of the Religious Instruction, Birmingham, AL: RES, 1985, p. 197).

Kehidupan Kristen pada masa kini terjerat oleh "kebudayaan gereja" yang hanya berorientasi pada muatan akali. Selama berabad-abad gereja salah mengerti terhadap isi dan natur dari kebenaran yang diajarkan oleh Alkitab (Iris Cully, Change, Conflict, and Self-Determination, Phil: Westminster, 1967, p.131). Pemimpin-pemimpin gereja berpikir bahwa ajaran Alkitab hanyalah berisi muatan akali. Oleh sebab itu, kotbah dan pengajaran verbal dianggap sudah dengan sendirinya menjawab seluruh kebutuhan manusia. Sudah waktunya gereja dan umat Kristen bertobat. Supaya dalam kehidupan mereka, Firman betul-betul menjadi daging. Tuhan memberkati

Daftar Konselor

Pdt. Yakub B. Susabda, Ph.D.
Esther Susabda, Ph.D.
Dr. Ir. Asriningrum Utami
Lanny Pranata, M.Th.
Siska Tampenawas, M.Th.
Lucia Indrakusuma, M.A.
Esther Gunawan, M.Th.
Vivi Handoyo, M.Th.
Debby M. Soeseno, M.Th.
Suherni Santoso, M.A.
Yohanna P. Siahaan, M.Th.
Yonathan A. Goei, Ph.D.
Sandra Mayawati, M.Th.
Suzanna Sibuea, M.Th.
Dan lain-lain.

Konseling Online

Jadwal Konseling Online
Senin-Jumat
(Kecuali Hari Libur)
10.30-12.00 WIB dan 20.00-22.00 WIB

Tentang Kami

Kontak Info

STT Reformed Indonesia (STTRI, dulu STTRII)
Jl. Kemang Utara IX/10, Warung Buncit
Jakarta Selatan, 12760
(Peta lokasi bisa dilihat/diunduh di sini.)

Telp            : (021) 7982819, 7990357
Fax            : (021) 7987437
Email          : reformed@idola.net.id
Website      : www.reformedindonesia.ac.id
    www.konselingkristen.org
Bank          : CIMB Niaga (Cabang Kemang)
No. Acc.     : 800073329000 (Rp.)
                      253.02.00081.001 (USD)
A/n              : Yayasan Lembaga Reformed Indonesia